SURAT CINTA SEORANG PENYAIR.
Ku tuliskan ini untukmu, hai pemilah cinta.
Kau tau, setiap insan yang bernafas, bergerak atau katakanlah hidup
sudah pasti dikaruniakan sesuatu (mungkin hati atau insting)
untuk merasakan setiap gelombang rasa yang mengalir dalam hidupnya.
Sebut saja binatang hina, ia pun bernaluri walau tak berakal.
Mereka juga mengenal sentuhan cinta dalam dirinya
meski ter-realisasikan kembali dengan cara rendahan.
Terlebih lagi aku !
Karenanya, jangan memilah cinta hanya melalui matamu.
Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk membuat cintanya menjadi nyata.
Seperti dia yang duduk dibangku tertinggi dan memerintah
pasti akan membahagiakanmu dengan kemewahan atau,
dia golongan penyanyi bersua merdu akan mampu
menghiburmu dengan melodi indahnya dan lagi,
dia tangan kedua Tuhan untuk menjaga nyawa seseorang
jelas paham bagaimana cara merawatmu dengan baik.
Kemudian aku, si penyair, pemilik cinta paling miskin,katamu.
Pendusta yang bersembunyi dibalik setiap kata kiasan, bagimu.
Penakut yang hanya bisa menyembunyikan rasa
dalam oretan diselembar kertas, makimu.
Hehe (tertawa pahit) tak berarti cintaku untukmu, bukan?
Perlu kau tau saja, mencintaimu adalah seni dari hidupku
yang akan selalu kutekuni hingga kepada akhir nafasku
Kau lah yang kuceritakan diantara kata dalam bait indah semua puisiku.
Kujadikan kau obyek utama dalam duniaku
sekalipun cantiknya bunga dipadang merayu.
Aku juga tak pernah memaksakanmu akan hasratku.
Sekali saja tidak !
Sebab aku sadar bahwa semuanya kulakukan dalam diam.
Jika kau perhatikan setiap kata maupun tanda baca dalam kalimat yang kutulis,
maka akan kau temukan bahwa ada kehidupan yang tergantung dibaliknya.
seperti mati hidupnya hati ini oleh sebab sikap acuhmu.
Dan lagi lagi aku juga tidak pernah mengumbarnya
hanya untuk menarik perhatianmu.
Sama seperti hari yang lalu, kemarin dan hari ini takkan ada yang berubah.
Aku hanya akan selalu menuliskannya
sekalipun seluruh tulisanku tak pernah sampai dipelupuk matamu.
Bekasi, 23 November 2017
Komentar
Posting Komentar